twitter
rss


DINASTI-DINASTI KECIL Di MASA ABBASIYAH

BAB I
PENDAHULUAN
A. Dinasti-Dinasti Kecil di Masa Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah mulai runtuh tidak terlepas dari beberapa faktor, diantaranya persoalan intern, antara al-Mamun dan al-Amin, dan perpecahan antar suku bangsa Arab dan non-Arab yang melahirkan gerakan shu’ubiyyah.[1] Faktor lain karena kebijakan khalifah al-Mutashim yang mendatangkan tentara dari Turki untuk mengimbangi kekuatan pasukan Khurasan, menjadi bumerang bagi berlangsungnya pemerintahan Abbasiyah sendiri,[2] sebelum akhirnya serangan dahsyat Hulagu Khan yang menghancur-leburkan peradaban Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Selain itu sebab-sebab runtuhnya Dinasti Abbasiyah[3], terjadi karena munculnya dinasti-dinasti kecil pada masa Abbasiyah. Arti dari  munculnya dinasti-dinasti kecil tersebut sangat berpengaruh terhadap proses laju kepemerintahan dan keberlangsungan pemerintah Bani Abbas dan juga memberikan “warna” dan kontribusi cukup besar bagi Islam. Kontribusi-kontribusi besar yang berupa karya sastra, filsafat, dan bangunan-bangunan yang mengandung seni arsitektur.[4]


PERIWAYATAN HADIS DENGAN LAFAL DAN MAKNA
Upik Khoirul Abidin

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Membicarakan  sejarah periwayatan hadis tidak dapat dipisahkan dengan sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis, hal ini disebabkan adanya perbedaan pendapat para ulama dalam penyusunan memperiodesasi pertumbuhan dan perkembangan hadis. Ada yang membagi menjadi tiga periode, yakni masa Rasulullah SAW., sahabat dan tabi’in, masa pen-tadwin-an atau sesudahnya. Dengan adanya periodeisasi ini menandakan bahwa ada perbedaan masa antara perawi satu dengan  perawi lainnya, sehingga dapat menyebabkan perbedaan lafaz hadis yang diterimanya meskipun secara maknanya sama.


KAIDAH-KAIDAH TAFSIR AL-QUR’AN
BAB I
PENDAHULUAN 
A.    Latar Belakang
Al-Qur’an[1] merupakan kitab suci yang dijadikan pedoman paling utama oleh umat Islam, baik dalam syari’ah, mu’amalah, maupun pedoman umat Islam yang lainnya. Untuk itulah semua umat Islam diwajibkan untuk mempelajarinya agar hidupnya tidak tersesat. Namun tidak cukup mudah untuk mempelajari dan memahami isi dari ayat-ayat umat Islam tersebut, karena Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk bahasa arab sehingga membutuhkan seseorang (guru) yang kompeten dibidangnya dari segi qiro’ahnya, nahwu sorobnya, tafsirnya, maupun yang laiannya.Sangat banyak sekali ilmu-ilmu untuk mempelajari al-Qur’an, namun pada pembahasan makalah ini akan terfokus pada wilayah kaidah-kaidah tafsir Al-Qur’an yang secara terperinci akan dijelaskan di bab II.


DINASTI UMAYYAH
BERDIRINYA dan MUNCULNYA SISTEM MONARKI

Oleh :
Upik Khoirul Abidin


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Membahas tentang sejarah Bani Umayyah tentunya tidak dapat dipisahkan dari seorang tokoh Mu’awiyah Ibn Abi Sofyan keturunan ketiga dari Umayyah Ibn ‘Abd Sham yang juga disebut dengan Bani Umayyah, dan juga kebijakan-kebijakan politik di masa khulafaur rhasidin. Seperti dijelaskan oleh beberapa tokoh seperti Fakhri,bahwa,  Mu’awiyah merupakan tokoh yang memeiliki kepribadian menarik, lemah lembut, cakap dalam mengatur siasat, bijaksana, kapasitas intelektual yang tinggi, dan juga fasih dalam berbicara.[1] Karir politiknya mulai terlihat pada masa khalifah Abu Bakar yang ditandai dengan keterlibatannya sebagai militer. Kemudian di masa khalifah Umar, ia diangkat sebagai Gubernur di Damaskus. Beriringan dengan kepemerintahannya di damaskus, wilayah kekuasaannya bertambah luas ketika khalifah ‘Usman bekuasa, karena seluruh wilayah Syam berada dalam pengawasannya.

ITTIHAD
By: Mas Upik
A.    Latar Belakang
Eksistensi tasawuf terlahir dari kehidupan zuhud,[1] yang dilakoni oleh sebagian orang di Kufah dan Basrah. Mereka memilih hidup sederhana dan asketis yang berfokus pada Tuhan.2 Salah satu dasar keinginan mereka adalah pendekatan dengan Tuhan secara langsung, personal, dan mendalam (kontemplasi). Dalam mengambil langkah ini, manusia mengikuti ketentuan-ketentuan yang diajarkan Islam sebagai pedoman untuk diikuti dan diyakini. Manusia menaiki tangga-tangga dari satu tingkat ke tingkat lainnya untuk mencapai jalan spiritualitas atau maqam.3 Kecintaan kepada Allah (mahabbah), merupakan etape tertinggi dalam tasawuf, dimana perasaan lainnya, seperti rindu, kangen, dan rida berturut-turut mengikut pada rasa kecintaan.4 Menurut Syekh Abd Al-Qadir Jilâni, tidak ada lagi maqam atau step berikutnya setelah tingkat mahabbah, karena mereka telah mencapai derajat yang sangat dekat dengan Allah. Mereka telah menanggalkan semua kenikmatan dan keuntungan-keuntungan dunia ini dan merasakan nikmat kebahagiaan yang berupa alam spiritual, yaitu kedekatan dengan Allah SWT.

Al-Hulul
Oleh :Upik Khoirul Abidin
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembahasan tetentang tasawuf sampai detik ini masih menjadi isu yang menarik untuk didiskusikan, terutama di kalangan akademisi, meskipun sebenarnya perkembangan tasawuf sudah dimulai sejak  abad pertama dan kedua hijriah, yang mana ajarannya masih bercorak akhlaqi, yakni berupa pendidikan moral dan mental dalam rangka pembersihan jiwa[1] dari pengaruh-pengaruh duniawi.[2] Dengan berbagai literature yang menjelaskan bahwa tidak sedikit tokoh-tokoh sufi yang matinya dibunuh karena ajaran-ajarannya dianggap kontradiktif oleh ulama’-ulama’ fikih. Hal inilah yang membuat menarik ajaran-ajaran tasawuf untuk selalu didiskusikan.

“Do’a-QT”

Setiap keindahan adalah perhiasan dunia
Dan setiap mata tertuju pada keindahan
Namun hanya satu yang terindah
Itulah istri yang sholekhah


Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana
Kau ini bagaimana?
kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kafir

aku harus bagaimana?
kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai

kau ini bagaimana?


“Karna-Mu”

Kumencintaimu karena Allah
Kumenyayangimu karena Allah
Kumengharapkanmu karena Allah
Kumemilikimu karena Allah


BALUN SEBAGAI  CERMIN KEBERAGAMAAN
Mas Upik

Sudah menjadi sunnatullah bahwa keragaman (pluralitas) merupakan realitas yang tidak dapat dihindari, baik pluralitas dalam hal agama, etnik maupun budaya masyarakat. Indonesia dikenal sebagai masyarakat majemuk (pluralistic society). Hal ini dapat dilihat dari realitas social yang ada, bukti kemajemukan ini juga dapat dibuktikan melalui semboyan Negara Republik Indonesia, yakni “Bhineka Tunggal Ika”. Sebagai Negara yang plural, hendaknya warga Indonesia dapat menyadari dengan adanya perbedaan tersebut.
Jika keragaman tersebut tidak mampu dimanage dengan baik, maka dapat menjadi sumber konflik social dengan sensivitas yang tinggi. Contohnya: Pada   tanggal   5   Januari   2010  terjadi   pengrusakan   rumah   ibadah   di   Jl.   Pahlawan Kelurahan Tanjung Aman, Kotabumi Lampung Utara.Pengrusakan dilakukan oleh warga  yang berjumlah  6 orang dengan melempari gedung yang dijadikan tempat ibadah dan  rumah seorang pengurus gereja. Akibat penyerangan itu, beberapa kaca rumah serta  kaca gedung pecah. Tidak diketahui alasan persis yang dilakukan oleh warga tersebut,  karena tidak ada penyelidikan lebih lanjut atas peristiwa ini.

Setiap orang tentunya mendambakan perubahan, khusunya perubahan pada dalam dirinya (baca: pengembang potensi diri). hal itu wajar karena manusia makhluk orgonesme yang selalu berubah menujut pada kesempurnaan demi menjawab semua porsoalan-persoalan yang dihadapinya. Nah... pendidikan adalah satu alat yang mampu memfasilitasi untuk mengembangkan potensi manusia. untuk itulah pendidikan menjadi penting bagi siapapun... orang kota, orang desa, orang kaya, maupun orang miskin. sebab semuanya merupakan manusia yang sama-sama memiliki potensi dan hak untuk mengembangkan potensi tersebut. Namun tidak jarang yang kesulitan khusunya bagi orang-orang desa yang miskin untuk mengenyam pendidikan. banyak faktor penyebab kendala tersebut; biaya mahal, akses sekolah yang jauh dll. oleh sebab itu bagi anda-anda yang memiliki kepedualian terhadap orang-orang yang belum memiliki kesempatan belajar tersebut, mari kita bersatu untuk memfasilitasi mereka.

Meski hari libur Ramadhan.. Tentunya aktifitas otak tidak harus ikut libur. Sebab otak akan lebih maksimal untuk berfikir jika ia tidak pernah libur untuk berfikir...! Apalagi sebagai pecandu Akademisi... sudah menjadi keharusan untuk terus memikirkan bagaimana seharusnya Pendidikan itu bisa memfasilitasi semua orang, bukan hanya untuk orang kaya saja. Melainkan siapapun harus bisa dengan mudah untuk mengaksesnya....! Bagaimana pendapat anda tentang pendidikan yang seharusnya diterapkan..?

Oleh
Upik Khoirul Abidin

Abstrak
Pendidikan merupakan media untuk mendidik manusia dalam mengembangkan, mengasah, dan memaksimalkan potensi yang ada di dalam dirinya. Namun senyatanya terkadang dalam prosesnya tidak sedikit manusia menjadi lupa dengan tujuan pendidikan. Terlebih karena adanya pengaruh globalisasi yang begitu dekat dengan kehidupan manusia. Ketika ia sudah dapat memaksimalkan potensi-potensi tersebut (menjadi manusia yang pintar), justru banyak yang menyalahgunakan kepandaian tersebut. Misalnya,orang yang pintar membuat bom justru digunakan untuk memusnahkan orang lain, gedung, bahkan untuk menghancurkan Negara lain. Hal ini dikarenakan dalam pencapain  kepintaran/kepandaian tersebut belum dibarengi dengan tubuhnya dan berkembangnya moral atau akhlaknya, sehingga tidak heran jika banyak oran pintar yang belum menggunakan kepintarannya untuk kemaslakhatan. Dengan mempelajari filsafat pendidikan islam diharapkan bisa menjadi solusi kesenjangan tersubut, sehingga perkembangan intelektual dan moral atau akhlak dapat berjalan beriringan menuju pribadi manusia yang sempurna (ulul albab). Sebab ruang lingkup filsafat pendidikan ilsam memiliki kedalaman pembahasan atau dapat dikatakan sebagai sejatineng pendidikan.